Kamis, 30 Agustus 2012

AbdurRahman Wahid (Part III)


Gus Dur juga terlibat dalam jaringan Kristen Indonesia sebagaimana yang telah disampaikan oleh KH. Abdul Hamid Baidlowi pada tanggal 25 Jumadil Akhir 1416 H/ 18 November 1995 M sebagai berikut:
1. Keterangan dan pengakuan Gus Dur sendiri kepada saya bahwa dia (Gus Dur) telah memanfaat-kan dana bantuan keuangan dari Kardinal Yuwono Semarang (kardinal adalah kepala Pastur). Di kantor PBNU Jakarta sebelum Muktamar NU di Cipasung, pada saat itu Gus Dur didampingi sdr. Ghoffar Rahman (mantan Sekjen PBNU). Dan pada waktu itu pula Gus Dur menunjukkan foto dia bersama Kardinal Yuwono kepada saya.
2. Pengakuan Gus Dur bahwa dia telah menerima dana bantuan keuangan sejumlah Rp. 600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah) dari PT. Gramedia (badan usaha milik Kristen). Latar belakang Gus Dur menerima uang dari Gramedia sbb:
Pada saat monitor (penerbitan milik Gramedia) dibredel oleh pemerintah, Gus Dur membelanya. Kemudian Gus Dur menerima dana keuangan sebanyak tersebut dari Gramedia. Jawaban Gus Dur pada waktu rapat NU Cabang Jombang tanggal 13 Nopember 1995 bahwa uang tersebut di atas sudah dilaporkan Muktamar NU di Yogyakarta adalah tidak benar, karena pada Muktamar NU di Yogyakarta tidak ada laporan Gus Dur atau PBNU. Dan yang sangat musykil adalah kasus monitor terjadi pada tahun 1991. Sedangkan kegiatan Muktamar NU di Yogyakarta terjadi pada tahun 1989. Jadi, jelas jawaban Gus Dur sama sekali tidak benar.
3. Keterangan dokter Chudzaifah: Gus Dur selama dirawat di rumah sakit, biaya pengobatan seluruhnya dibayar oleh Kompas (surat kabar milik Kristen). Informasi tersebut diberikan kepada saya disaksikan oleh H. Saiful Masykur di PHI Kwitang Jakarta.
4. Gus Dur dengan Moerdani (tokoh Kristen) hubungannya sangat erat dan intim sekali. Gus Dur penah memuji-muji Moerdani sebagai presiden RI. Dengan setrategi seperti itu Gus Dur dan orang Kristen berharap Moerdani menjadi wakil presiden. Jika terjadi komposisi seperti itu, maka Gus Dur menjadi pahlawan bagi orang-orang Kristen. Imbalan Gus Dur memang amat mahal sekali, karena Gus Dur terlanjur dibeli.
5. Anjuran dan imbauan Gus Dur kepada NU untuk memilih PDI atau Golput, sehabis selesai Muktamar PPP di Jakarta. Mengapa Gus Dur sejauh itu merusak Khitthah 1926 dan melanggar undang-undang Pemilu? Karena partai Kristen berfusi dalam partai PDI, maka Gus Dur harus ikut andil untuk PDI.
6. Gus Dur safari bersama Megawati ketua umum PDI. Gus Dur bisa beralasan, bersilat lidah, tetapi firasat dan ketajaman siasah seorang mukmin tidak bisa ditipu. Sungguh memalukan tindakan Gus Dur tersebut.
7. Gus Dur mengatakan bahwa "jika keadaan mendesak saya siap kampanye PDI". Hal itu dikemukakan di depan saya, Helmi (wartawan Editor/ Tiras), M. Ishaq (pengamat) pada acara walimatul Arusy putri H. Shobih Ubaid di Jakarta.
8. Bank Nusuma sampai saat ini belum memakai sistem Islam, padahal Muktamar NU di Yogyakarta mengusulkan berdirinya Bank Islam dan Undang-undangpun sekarang telah memperbo-lehkan berdirinya bank Islam. Hal ini disebabkan Bank Nusuma bekerja sama dengan Jawa Pos yang pimpinan tertingginya dijabat seorang Kristen bernama Eric Samola.
9. Gus Dur bercumbu rayu dengan negara-negara Kristen dan semakin menjauh hubungan dengan negara-negara Islam. Apalagi dengan negara Brunei yang beraqidah sama dengan NU. Adapun pernyataan Gus Dur bahwa dia diusir dari Mesir karena dia anti Barat, menurut saya adalah alasan yang dibuat-buat untuk menutupi mesranya hubungan Gus Dur dengan Barat dewasa ini.
Begitu juga, jika informasi dari Nurman Numeiri benar, tentu sangat mengerikan tokoh seperti Gus Dur masih bercokol di tengah umat Islam. Informasi Nurman sulit dikatakan benar namun sulit juga dikatakan tidak benar sama sekali. Sepak terjang Gus Dur selama ini memang sering sekali diragukan kredibilitasnya untuk kebaikan umat dan bangsa kalau tidak bisa dikatakan untuk memenuhi ambisi pribadi atau kelompok.
Bukan isi selebarannya yang penting, tapi bahwa kita harus membuka sejelas-jelasnya sosok seorang tokoh panutan sangat dianjurkan, sehingga penilain akhir tentu kita serahkan kepada umat.
Meniru ucapan Gus Dur baru-baru ini tentang Soeharto, ada tempat bagi Gus Dur untuk berbuat bathil, ada tempat juga Gus Dur berbuat kebajikan.
Kebajikan yang dilakukan Gus Dur tentu tidak sedikit. Bagaimana teganya dihabiskan untuk warga NU tentu ini adalah sumbangan berharga bagi NU. Bagaimana dia membuat NU inklusif dan toleran terhadap warga non-Muslim tentu pantas ditauladani.
Tapi bukan namanya Gus Dur kalau tidak mudah sekali terjebak ke dalam sikapnya yang kontroversial, ironis dan akhirnya cenderumg menjadi bathil.
Bila kita pada satu sisi melihat Gus Dur adalah pendukung demokrasi dan menganjurkan jabatan presiden hanya dua kali, sebaliknya di NU Gus Dur tidak menampakkan keinginan untuk digantikan meskipun sudah belasan tahun sudah menjadi Ketua.
Kita juga mendengar Gus Dur sangat menye-rukan persatuan melalui wadah rekonsiliasi nasional, tapi di sisi lain dia getol menghantam dan menuduh orang lain yang sangat berpengaruh, seperti Adi Sasono, Amien Rais.
Dia mengecam penindasan beberapa kelompok Islam terhadap kaum minoritas, tapi dia tidak peduli terhadap perasaan umat Islam yang tertindas oleh kebiadapan Benny Moerdani yang sangat dia idolakan dan dukung.
Sebagai orang yang dianggap ulama, Gus Dur gampang main tuduh dan fitnah, tapi kadang kala sulit melakukan pembuktian, misalnya dalam beberapa yang bersentuhan dengan lawan politiknya seperti ICMI.
Api dendam Gus Dur nampaknya tidak mudah padam, sementara dari sisi akhlak Islam dendam itu sangat dilarang. Kita melihat bagaimana sulitnya Gus Dur untuk tidak berusaha menghantam Amin Rais, padahal Amin Rais cukup solider mendukung persatuan dimana dia rela untuk berkunjung ke Ciganjur. Gus Dur menuduh Amin Rais plin-plan dan tidak konsisten, sementara Amin Rais sendiri semenjak tahun 1993 sudah menjadi musuh Soeharto dan sekarang salah seorang tokoh tokoh Reformasi. Sedang Gus Dur sendiri sangat sering bermain-main, misalnya loncat ke Megawati, ke Tutut, ke Megawati lagi, dsb.
Dalam gagasan dialog Nasional Gus Dur sangat kelihatan sekali bermanuver untuk kepentingan pribadi, apalagi setelah gagasan tersebut ditolak sebagian besar masyarakat. Di situ nampak sekali Gus Dur tidak bersikap legowo dan arif sebagaimana seorang tokoh panutan melihat kenyataan di masyarakat. Kelihatan sekali Gus Dur kesal, kemudian melepaskan tanggungjawab sebagai bagian dari bangsa jika terjadi kerusuhan dan yang patut disesalkan adalah meramal akan ada kerusuhan. Justru ucapan seorang tokoh seperti Gus Dur yang akan memicu terjadinya kerusuhan.
Saya hanya melihat Gus Dur sebagai seorang manusia biasa yang bisa berbuat baik dan buruk. Jika sekiranya Gus Dur seringkali bersikap melawan arus tanpa dasar yang jelas dan logis, maka seharusnya Gus Dur menyerahkan suatu permasalahan kepada orang yang memang benar-benar ahli dan berwenang. Meskipun NU didirikan oleh kakek Gus Dur, tapi Islam tidak menganut asas monarki dalam suatu organisasi.
Perlu diperhatikan bahwa Gus Dur mempu-nyai hubungan khusus dengan kalangan ZIPS (Zionis Internasional Plangis dan Sekuler) dengan bukti data sebagai berikut:
1. Waktu kecil pernah tinggal di Pondok Pesantren lalu sekolah Sekolah Rakyat (SR) di Jakarta pada tahun 1953, kemudian masuk ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Jogja.
2. Kegemaran Gus Dur sejak kecil adalah membaca komik, novel dan buku-buku silat, begitu juga hobinya menonton bioskop dan tidak tertarik mempelajari agama Islam, menurut pengakuan sendiri ketika diwawancarai di TPI dalam acara Jaya Suprana Show.
3. Studi di Mesir dan Irak tidak lulus alias gagal.
4. Salah satu anggota partai Sosialis Baaths Irak secara resmi dan mempelajari buku-buku tentang paham Sosialisme, Marxisme dan Sekularisme.
5. Anggota resmi LSM Sekuler Indonesia yakni CSIS (Republika 6 Mei 1999) yang dibina oleh LB. Moerdani, ahli Spionase didikan CIA Amerika. CSIS adalah lembaga yang dilahirkan dengan peranan besar dari seorang Pastor kelahiran Belanda Peter Beek SJ, yang punya kontak khusus dengan CIA Amerika dan orang ini dicurigai sebagai agen BLACK POPE di Indonesia. Black Pope adalah seorang kardinal yang mengepalai operasi politik Katholik di seluruh dunia, menurut penjelasan Goerge Junus Aditjondro (GJA) yang dikutip oleh Tabloit Abadi nomor 26 tahun I, 6-12 Mei 1999, halaman 7.
6. Dekat dengan tokoh-tokoh anti-Islam seperti LB. Moerdani kalangan etnis Cina, Yahudi, Romo Sandyawan, Sae Nabahan, Sofian Wanandi, Vatikan, CIA, Yerussalem dll (Tekad 21 Desember 1998), termasuk tokoh CSIS JB. Kristiadi.
7. Menerima bantuan dari kalangan anti-Islam maupun hasil dari judi seperti bantuan Rp. 50 juta untuk pondok pesantren Gresik yang berasal dari SDSB oleh Sudomo.
8. Berperan besar menerapkan gerakan kembali ke Khitthah 1926 di dalam yayasan NU sebagai Ketua PBNU, keputusan itu menghalangi kekuatan politik Islam di partai Politik PPP.
9. Menganjurkan supaya ucapan "Assalamu-'alaikum" diganti dengan selamat pagi, sore, malam (persis Musthafa Kemal At Tatruk di Turki).
10. Menyatakan bahwa Islam tidak menyuruh membentuk negara Islam karena tidak pernah ditemukan di dalam Al-Quran secara harfiah.
11. Senang dan bangga jadi Ketua Badan Sensor Film (BSF) dan Ketua Dewan Juri Festifal Film Indonesia (FFI).
12. Jadi anggota Dialog Antar Iman (DIAN) di Universitas Kristen di Salatiga (Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Jateng). Berkat usul Uskup Yahudi Gus Dur diangkat menjadi presiden International Converence on Religion and Peace yang berpusat di Roma Italia.
13. Pernah mengusulkan pada pemerintah untuk melarang kegiatan dakwah Islam di Indonesia.
14. Selalu bertegas keras bahwa NU tidak boleh dibawa-bawa ke ranah politik (sementara Gus Dur yang mengklaim dirinya sendiri sebagai ulama NU, apa yang dilakukan selama ini adalah berpolitik).
15. Anggota resmi yayasan Yahudi (Yayasan Simon Perez) di Yerussalem Israel.
16. Bangga menjadi satu-satunya orang yang bukan Yahudi yang menjadi keluarga Yahudi sampai bersujud atas pengakuan tersebut .
17. Menuduh Islam sebagai biang kerok kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
18. Membela Theo Sjafei seorang Kristen radikal ketika menghina umat Islam dan melarang pihak aparat untuk mempersoalkan kasus itu, dan bahkan Gus Dur mengatakan justru Theo Sjafei membela Islam.
19. Mengagung-agungkan tokoh Bathiniah bernama Eyang Gusti Alit, tergambar dalam ziarah khususnya ke makam tokoh Bathiniah yang satu ini (Tekad, 21 Desember 1998).
20. Membuka hubungan khusus dengan paranormal bernama Sewondo di Kelapa Gading, Jakarta.
21. Mendirikan parpol yang tidak berasaskan Islam (PKB) dan menurutnya akan berkoalisi dengan PDI-P yang pada saat itu dikuasai elit Kristen.
22. Partai yang didirikannya (PKB) diketuai oleh anak buahnya (Matori) yang lulusan Universitas Kristen di Salatiga.
23. Visi yang dibawa oleh partainya (PKB) sama dengan visi CSIS yaitu tidak setuju menonjolkan partai Islam.
24. Mementingkan kepentingan minoritas (non-Muslim) daripada kaum mayoritas (Muslim) dan menginginkan negara sekuler. (Abadi no.26, 12 Mei 1999).
25. Pernah mengatakan "Islam kanan adalah musuh besar saya".
26. Mendirikan partai Politik (PKB) yang tidak berasaskan Islam dengan menyatakan bahwa asas tersebut tidak diperlukan, karena hanya akan mengotak-ngotak umat saja dan pembatasan dalam perjuangan Islam. (Media Indonesia, Rabu 17 Maret 1999).
Kemudian kami kutipkan bahaya pemikiran Gus Dur yang seharusnya bagi seorang muslim perlu direnungkan dan dihayati kemudian dijauhi serta ditanggapi dengan kaca mata hukum Islam yang diterangkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya dengan terang benderang tidak ada yang samar sama sekali, yaitu:
Dengan sebab-sebab di atas, kita "memahami" terus-menerus Gus Dur, meskipun sekarang telah menghadap kepada Allah SWT untuk mempertang-gung jawabkan atas segala apa yang telah diperbuat selama hidup di dunia. Meskipun dia sudah tinggal nama tapi peninggalan ide-ide ngawurnya, sepak terjangnya yang kontroversial dan yang oleh banyak orang kafirin, munafiqin diklaim sebagai sebuah panutan, yang tak lain adalah rangkaian pola pikir yang sangat berbahaya bagi moral dan aqidah umat Islam, yang pengaruhnya melebihi sihir-sihir, "dukun tenung rewangan syetan" yang mengirimkan "racun-racun aqidah dan moral". Sampai-sampai dengan suatu makar dan tipu daya syaithan lewat orang-orang yang dikadernya, serta digembar-gemborkan lewat corong media massa ingin dinobatkan menjadi pahlawan negara, guru bangsa, bapak Pluralisme, namanya ingin dijadikan sebuah nama sebuah jalan, bahkan akan diresmikan menjadi seorang Wali. Dari situ perlulah kami beberkan bahaya-bahaya pemikiran Gus Dur.
1. Gus Dur mengatakan, ".....memperjuangkan Islam melalui negara kebanyakan hanyalah mem-perjuangkan kepentingan politik atau ideologi".
2. Kepentingan akhirnya merujuk kepentingan politik sendiri, bahkan tindak kekerasanpun mereka lakukan semuanya atas nama Islam".
3. Lanjut Gus Dur, kitab suci Al-Quran telah menyatakan bahwa kita memang dibuat berbeda-beda, Allah memerintahkan manusia untuk beragam agama, bahkan dalam hal perbedaan agama, kita diperintahkan berbeda keyakinan (Lanaa A'malunaa Walakum A'malukum).
4. Berpikir tanpa asas Islam, dalam sebuah perjuangan bukanlah sesuatu yang ditentang oleh Islam.
5. Fatwa politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Bandung menjelang Pemilu Juni 1999 tertanggal 13 Februari 1999 dilakukan oleh sekitar 56 Kiai Sunda dengan KH. Imang Mansur Burhan, Ketua Majlis Syuro DPW PKB Bandung Jawa Barat, fatwanya berbunyi: "Seluruh penganut Ahlussunnah wal Jama'ah di Indonesia wajib memilih PKB".
6. Pada saat debat Capres di TPI, Gus Dur mengatakan bahwa PKB adalah "telornya" NU, sementara warga NU lainnya yang tidak memihak PKB adalah taiknya (kotorannya) NU.
7. Tanggal 18 Juni 1999, Gus Dur membuat pernyataan ngawur dan kontrovesial kembali, dengan mengusulkan di masa yang akan datang mesti adanya pemisahan antar kepala negara dan kepala pemerintahan.
Marilah kita mengingat kembali, bahwa tiga tahun sebelum kejatuhannya, Gus Dur pernah menjadi musuh Soeharto, setelah kata-katanya yang mengecam Soeharto dikutip oleh Adam Schwarz dalam bukunya "A Nation in Waiting". Ia sebelum-nya juga menjadi orang nomor satu dalam "Forum demokrasi" yang merupakan salah satu pelopor suara anti-Soehato setelah "Petisi 50".[ ]
Di dalam negeri, Gus Dur adalah seorang tokoh kontroversial. Tapi di mata Internasional Gus Dur laksana Dewa yang dipuja-puja. Segudang penghargaan diberikan kepadanya karena pembela-annya terhadap kesesatan atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) dan Demokrasi. Masih segar dalam ingatan kita, ketika Gus Dur bertolak ke Amerika tanggal 3 Mei 2008 untuk memenuhi undangan Organisasi Zionis Yahudi Internasional untuk menerima penghargaan The Jewish Medal of Valor, sebuah medali penghargaan bagi orang-orang yang terbukti berani menjadi tameng bagi kepentingan Zionis-Yahudi. Simon Wiesenthal Center (SWC) adalah sebuah LSM ternama di Amerika yang bergerak dalam bidang penegakan HAM yang melindungi kepentingan kaum Zionis Yahudi Internasional.
Di tahun yang sama (2008), salah satu tokoh pendiri Shimon Perez Institute ini, mendapat penghargaan dari Temple University, Philadelphia, AS. Nama Abdurrahman Wahid didedikasikan perguruan tinggi itu untuk penghargaan terhadap studi dan pengkajian kerukunan antar umat beragama (Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study). Temple University menilai Gus Dur sebagai salah satu tokoh di dunia Islam yang berjuang untuk dialog antar umat beragama. Selain diberi penghargaan, Gus Dur juga menjadi narasumber di sejumlah forum.
Sebelumnya (1994), Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, Philipina. Gus Dur juga banyak memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) dari berbagai lembaga pendidikan, di antaranya: Doktor Honoris Causa Universitas Jawaharlal Nehru India (2000), Twente University-Belanda (2000), bidang perdamaian dari Soka University, Jepang (2002), bidang hukum dari Konkuk University Seoul-Korea Selatan (2003), bidang kemanusiaan dari Netanya University Israel (2003) dan sejumlah negara lain.
Di dalam negeri sendiri, Gus Dur mendapat-kan Suardi Tasrif Award dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) sebagai Pejuang kebebasan ber-ekspresi, persamaan hak, semangat keberagaman dan demokrasi di Indonesia (2006). Kemudian, Gus Dur juga ditasbihkan sebagai “Bapak Konghucu” oleh beberapa tokoh Tionghoa di Jawa Timur. [ ]
Pasca meninggalnya Gus Dur, bukan berarti mereka berhenti sampai di sini, propaganda aneka perusakan terhadap Islam lewat orang-orang didikan Gus Dur yang keblinger dengan sokongan dana dari Zionis Internasional itu akan terus mereka lancarkan. Dengan sokongan dana yang begitu besar, mereka mampu mengendalikan media massa, terutama media-media elektronik (Televisi), sehingga yang keluar dari media itu isinya hanya pujian, kekaguman, fantasi, obsesi yang meng-agungkan tokoh seperti Gus Dur.
Gus Dur kini tinggal nama, tokoh kontrover-sial yang mempunyai sejuta julukan dan penghargaan dari kaum kafir-zionis, mulai dari bapak Pluralisme sampai Anggota Dewan Kehormatan Lascar Kristus telah meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 30 Desember jam 18.45 WIB di rumah sakit Cipto Mangunkusuma Jakarta dengan segudang penyakit yang dideritanya. Namun, ajaran dan tingkah lakunya yang menebarkan kekufuran dan pemurtadan telah mengakar kuat dihati para pendukungnya.
Gus Dur hanya manusia biasa yang tidak luput dari khilaf. Maka mereka yang selama ini menilai Gus Dur sebagai superman, sosok yang bermaqom wali, yang segala ucapan dan prilakunya selalu benar mau mengevaluasi penilaiannya. Sehingga bisa memposisikan Gus Dur sebagai manusia biasa.
Sebenarnya kami tidak ingin mengungkit-ungkit kejelekan dan dosa orang yang sudah meninggal dunia. Tapi kami merasa prihatin dengan fenomena yang terlalu membesar-besarkan Gus Dur, sehingga Presiden pun menyebutnya sebagai bapak Pluralisme dan Multikulturalisme. Belum lagi usulan sebagian kelompok untuk menjadikannya sebagai pahlawan nasional, juga usulan agar nama Gus Dur diabadikan sebagai nama jalan, nama Universitas dan lain sebagainya. Kami hanya ingin memberi informasi dalam rangka membentengi aqidah umat Islam khususnya generasi santri, Gus-gus pesantren penerus perjuangan Islam. Kami takut dan khawatir mereka akan meniru apa yang pernah dilakukan Gus Dur, tanpa tahu kalau itu salah, bahkan dengan sendirinya orang akan menjadi murtad.
Doa bersama antar umat beragama contoh-nya, sebuah kegiatan keagamaan yang marak dilakukan oleh kalangan umat Islam. Mereka beramai-ramai melakukannya hanya dengan dalil bahwa kyai, pimpinan jam'iyah mereka pernah melakukannya. Kalau sudah demikian berarti kemungkaran bahkan pemurtadan akan semakin merajalela. Inilah bentuk daripada paham Pluralis-me yang kufur itu yang disebarkan oleh Gus Dur dan antek-anteknya.
Pembelaan Gus Dur datang dari Hasyim Muzadi, cak Hasyim memaknai Pluralisme dalam dua arti, Sosiologis dan Pluralisme dalam perspektif teologis yang berati menyatakan bahwa semua agama sama. Karenanya yang dimaksud Pluralisme dalam NU adalah Pluralisme dalam perspektif sosiologis.
Juga pembelaan datang dari anak kesayangan Gus Dur, Said Aqil, kyai NU asal Cirebon itu mengatakan bahwa Pluralisme yang diperjuangkan Gus Dur dalam arti Pluralitas, jadi bukan pengertian bahwa kebenaran semua agama sama. Selanjutnya Said mengatakan bahwa yang dimaksud Presiden adalah kemajemukan dan kebhinekaan.
Apakah cak Hasyim dan kang Said sudah buta mata hatinya, hanya karena mereka diberi fasilitas kedudukan di NU oleh Gus Dur..? Kalau memang yang dimaksud Gus Dur Pluralitas agama, kenapa Gus Dur tidak pernah memberi ketegasan tentang itu..? Tapi malah justru Gus Dur dan antek-anteknya mengecam fatwa MUI yang mengkufur-kan paham Pluralisme. Apakah keduanya tidak melihat apa yang pernah diomongkan dan dilakukan Gus Dur..? Yang katanya Kristen, Yahudi-Nashrani tidak kafir, semua menuju kebaikan, bisa masuk surga bersama kita, melakukan doa bersama antar umat beragama, dibaptis dll…? Itukah makna Pluralitas ala Gus Dur seperti apa yang dikatakan cak Hasyim dan kang Said..?
Islam mengakui adanya Pluralitas agama, yang mengakui eksistensi semua agama, etnis, suku bangsa, dalam kontek Bhineka Tunggal Ika. Karena Islam mengajarkan "Lakum Dinukum wa Liyadin" tapi jika yang dimaksud adalah Pluralisme agama, yang mengakui kebenaran semua agama, Islam dengan tegas menolak paham itu.
Dampak Pluralisme adalah pendangkalan aqidah. Usulan sebagian kelompok untuk menjadikan "Wisata Religi" terhadap makam Gus Dur adalah bentuk daripada Pluralisme agama dan penghinaan terhadap keluarga besar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Proyek yang dikabarkan akan menelan biaya 150 Miliyar itu nantinya bisa menjadi kerangka besar pembangu-nan sektor pariwisata di Jawa Timur. Kalau sampai ini terjadi, maka pondok pesantren Tebuireng hanya akan tinggal nama, keagungan dan keistimewaan pondok peninggalan Hadrotus-syaikh Hasyim Asy'ari yang meninggalkan segudang sejarah ikut mewujudkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang penuh dengan barokah perlahan-lahan akan sirna. Semua orang mulai dari kalangan umat Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, pejabat, masyarakat, laki-laki, perempuan akan bebas keluar masuk kawasan pesantren. Misi mereka menghancurkan Islam lewat pesantren sebagai benteng kokoh dalam menjaga aqidah umat Islam sudah mulai mereka jalankan. Dengan dalih kerjasama, penghormatan Gus Dur, bahkan dengan dalih mengenang jasa KH. Hasyim Asy'ari dan para Masyayikh pondok pesantren Tebuireng, mereka dengan perlahan-lahan akan menguasai pesantren, sehingga lama-kelamaan mereka akan tahu kelemahan pesantren sehingga mereka mengetahui dari sisi mana akan menghancurkannya.
Itulah dampak mengerikan atas apa yang pernah dilakukan Gus Dur. Dengan bantuan Jin-Jinnya yang setia mengikutinya hingga meninggal, Gus Dur mampu membuat para Ulama, Kyai, Ibu Nyai, Gus-Gus Pesantren, Asatidz, Santri tidak lagi mampu untuk berbuat kritis. Mereka seakan kehilangan ilmu yang pernah mereka dapatkan dari ulama-ulama salaf.
Kehadiran majalah Arab-pegon Atturots pada edisi kedua, Rabi'ul awal 1431/ Pebruari 2010, yang pada kolom Isu Aktual ada tulisan dengan judul "Bingkai Kepahlawanan Gus Dur", juga bentuk dari sifat fanatik (ta'ashub) yang berlebihan, sehingga menilai Gus Dur bagaikan sang pahlawan, superman pembawa kemajuan Islam dan bangsa Indonesia.
Begitu juga dalam kolom Mausu'ah, makna Liberal diarahkan ke makna yang mengarah ke makna bahasa (etimologi). Tanpa menghadirkan makna terminologinya. Seakan-akan memang ada kesengajaan untuk mengkaburkan makna yang sesungguhnya tentang Liberalisme. Mengapa mereka tidak mengatakan bahwa liberalisme adalah memahami nash-nash agama (Al-Quran dan Assunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas, dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata. Yang oleh MUI telah difatwakan haram.
Sekarang Gus Dur telah menyelesaikan misi dan cita-citanya yaitu menjadi promotor neraka selama-lamanya seperti sesembahannya, Syetan, Iblis, Bethorokolo, Nyi Roro Kidul. Kemudian yang akan menyusul meneruskan misi dan cita-cita Gus Dur yang akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah ialah orang-orang yang menganut jejak langkahnya yang jelas di hadapannya nanti ada malaikat Zabaniyah (malaikat penyiksa orang-orang durhaka di alam kubur) dan malaikat Malik di Neraka nanti yang telah menunggu dengan mempersiapkan seabrek siksaan yang tiada habis lagi tiada bisa dibayangkan oleh siapapun. Semoga Allah melindungi kita dari makar-makar syaithan dan manusia-manusia yang meneruskan misi-misinya.
Gus Dur tak henti-hentinya menyebarkan fitnah. Sampai meninggal pun bencana pemurtadan yang ditimbulkan dari ajarannya yang bekerjasama dengan Syaithan, Nyi Roro Kidul, Bethorokolo dan lainnya terus berlangsung.
Pasca meninggalnya Gus Dur, para pejabat, politisi dan pengamat sibuk dengan wacana untuk memberikan penghormatan duniawi yang terakhir kepada Gus Dur. Ada yang ingin menjadikan nama Gus Dur sebagai nama jalan, gelar bapak Pluralisme, dan juga menobatkannya sebagai Pahlawan Nasional hingga merehabilitasi namanya sebagai Buloggate dan Bruneigate yang melengserkan dirinya dari kursi kepresidenan pada bulan Juli 2001.
Menyanggupi usulan Partai Golkar, PDI, PKS, PPP, PKB dan para tokoh nasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setuju dan akan mempertimbangkan masukan sejumlah pihak untuk menganugerahi Gus Dur menjadi Pahlawan Nasional. Sesuai UU No 20/2009 tentang gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan yang baru disahkan pada Mei 2009 masukan nama calon Pahlawan Nasional harus dibahas lebih dahulu. Yakni oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang kini belum terbentuk.
Pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk Gus Dur terlalu berlebihan dan harus ada kepastian politik yang menegaskan Gus Dur sama sekali tidak terlibat dalam kasus dana Yanatera Bulog sebesar Rp 3,5 Milyar dan bantuan Sultan Brunei senilai Rp 14 Milyar. Pansus Buloggate yang dibentuk DPR pun sama sekali tidak berhasil membongkar skandal tersebut.
Kaum muslimin yang berjihad di Palestina, Afganistan, mereka katakan penjajah, mereka cap sebagai teroris, tetapi ketika ada seorang yang nyleneh, yang kebetulan cucu seorang pendiri NU meninggal dunia, dia dikatakan pahlawan bangsa, guru bangsa, dan banyak yang merasa kehilangan dia, walaupun dia pernah mengatakan al-Qur’an itu porno, membolehkan komunis tetap eksis di negeri ini, tokoh yang menolak RUU anti Pornografi dan Pornoaksi, menolak Islam sebagai dasar Negara, berhubungan mesra dengan Israil.
Sungguh sangat tragis dan disayangkan.
***
The End..

0 komentar:

Posting Komentar